Dok. Progress PJD.
Patêmbayan Jawadīpa adalah gerakan yang hendak mengangkat kembali ajaran purba Jawa. Jangan salah. Patêmbayan Jawadīpa tidak mengajarkan ajaran Jawabuda (Śiwa Buddha) atau Kêjawen. Sesuai namanya Patêmbayan Jawadīpa bertujuan mengangkat kembali ajaran purba Jawa, yang cair dan bisa dijalankan bersamaan dengan ajaran semua agama.
Jika ada yang bertanya secara serius ingin mengetahui atau sekedar usil, apa yang menjadi sumber ajaran Patêmbayan Jawadīpa, dari mana dan kitabnya apa? Jawabannya :
Ajaran Patêmbayan Jawadīpa bersumber dari seluruh ajaran lisan turun-temurun di Jawa, ajaran yang tertulis dalam rontal Śiwa Buddha berbahasa Jawa Kawi (Jawa Kuno) dan ajaran yang tertulis dalam Sêrat, Suluk, Wirid, Layang Kêjawen yang berbahasa Jawa Anyar (Baru). Disisihkan unsur Islam-nya, unsur Buddha-nya, unsur Hindhu-nya, unsur Kristiani-nya atau kalau ada unsur keyakinan Atasangin (baca : impor)-nya, dicari dan dipetani, ditampi dengan teliti mana unsur asli Jawa, maka hasil pemilahan tersebut adalah ajaran Jawadīpa. Tentu saja, petunjuk niskala (baca : gaib) melalui lelaku manêkung juga berperan di sini.
Kami buat wadah Patêmbayan Jawadīpa yang mempelajari dan melestarikan ajaran leluhur Jawa berdasar rujukan jelas. Têmbaya artinya janji, patêmbayan artinya ikatan (janji) persaudaraan dalam satu misi yang sama, seiya sekata. Beda dengan paguyuban. Paguyuban artinya perkumpulan guyub rukun tanpa ada janji yang mengikat untuk memperjuangkan satu misi. Bisa kumpul karena kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Kumpul-kumpul guyub rukun, itu paguyuban. Walau beda pemikiran asal kumpul bersama yg penting guyub rukun, demikian paguyuban. Patêmbayan lebih dari sekedar kumpul-kumpul, ada janji kuat yang mengikat, ada misi kuat yang harus diwujudkan dengan perjuangan bersama, dan untuk Patêmbayan Jawadīpa ada janji kuat untuk memperjuangkan satu misi, mengembalikan ajaran leluhur Jawa.
Di Patêmbayan Jawadīpa kita akan belajar segala hal terkait kearifan leluhur Jawa sebelum masuknya pengaruh Hindhu, Buddha, Islam dan Kristen. Belajar mulai dari perhitungan hari baik dan buruk, tentang ragam sesajian asli Jawa, tentang berbagai macam mel (istilah Jawa untuk mantra) aji-aji Jawa dan banyak hal. Pendek kata, di sini kita bisa belajar segala pengetahuan terkait kearifan leluhur Jawa yang pakem dan kita akan melestarikannya. Terutama sekali belajar tentang spiritualitas asli Jawa yang cair dan bisa dijalankan bersamaan dengan keyakinan semua agama Ajaran Jawadīpa memiliki akar yang sama dengan ajaran-ajaran timur lainnya. Karena semua ajaran timur sedikit atau banyak bersumber dari tanah Nusantara Purba yang dikenal dengan nama Atala. Itu artinya, Ajaran Jawadīpa merupakan pecahan dari ajaran Atala masa lalu. Pecahan lain berkembang di tanah Bharatawarsa memunculkan ajaran Hindhu dan Buddha. Ketika di satu masa ajaran Hindhu dan Buddha masuk ke Nusantara Anyar, yaitu Nusantara yang sudah berbentuk kepulauan, kepingan-kepingan ajaran Atala ini saling bertemu dan saling melengkapi satu sama lain walaupun tetap saja ada ciri khas dari masing-masing ajaran akibat perkembangan tak terelakkan setelah Nusantara Purba mengalami banjir besar.