Logo Patembayan Jawadipa

Written by 2:42 pm Pedoman Views: 203

BAB XIII-XIV MANEKUNG

Dok. Progress PJD.

Bagi ajaran Jawadīpa, penyembahan kepada Tuhan itu tidak diperlukan karena Tuhan tidak butuh disembah dan tidak memerintahkan penyembahan apapun. Dia sudah sempurna dari awal dan tetap sempurna hingga detik ini. Tak ada kekurangan dan tak ada yang tidak Dia miliki. Jika Dia meminta di sembah, artinya Tuhan masih kekurangan walau sekedar kurang pengakuan belaka. Tuhan yang minta disembah apalagi pencemburu ketika tidak disembah artinya belum bisa disebut Tuhan Sejati. Begitu menurut Jawadīpa.

Ajaran Jawadīpa mengenal manêkung, yaitu proses masuk ke dalam diri untuk mencari ruang hening di dalam bathin manusia, bukan ritual penyembahan. Keheningan tercipta ketika Idhêp (pikiran), rasa (perasaan), jinêm (kesadaran), yatna (ingatan) larut dan mengendap. Dalam kondisi seperti itu Yitma (Ruh) kita akan mudah memberikan petunjuk secara gamblang. Manêkung adalah proses membiasakan bathin menjadi hening. Dan hanya dengan hening maka petunjuk Yitma (Ruh) akan mudah kita terima. Petunjuk Yitma (Ruh) adalah petunjuk Tuhan. Karena Yitma (Ruh) adalah bagian dari Sangyang Yitmajati atau Tuhan itu sendiri.

Manêkung bisa dilakukan kapan saja. Lebih bagus menghadap ke wetan. Wetan artinya wiwitan atau asal. Menghadap ke wetan artinya menghadap kepada awal mula kita yaitu Tuhan itu sendiri. Mula pertama duduk bersila. Atur tubuh senyaman mungkin. Bersila bisa dengan cara kaki kiri berada di bawah ditumpangi oleh kaki kanan. Lebih nyaman memakai alas. Sesudahnya berikan sembah kepada Sanghyang Yitmajati atau Tuhan yang bertahta di dalam jiwa kita dengan bersembah dan membaca mantra :

“Hyang-Hyang Taya Yitmajati, têlênging tyas pandoming dumadi, daya-daya handayani, byar padhang urip sawiji.”

(Yang Maha Luhur-Yang Maha Luhur, Maha Suwung Sang Daya Hidup Sejati, yang bersemayam di pusat hati sebagai pedoman semua makhluk, sebagai daya yang memberi kekuatan, terang benderang menyatu dalam hidup.)

Sesudah bersembah tangan bersendekap. Pandang ujung hidung, pejamkan mata. Begitu mata terpejam sudah tidak lagi memandang ujung hidung. Bernafas dengan alami. Nikmati keluar masuknya nafas. Pikiran, perasaan atau ingatan apapun yang muncul, bebaskan. Sejorok apapun, sekotor apapun, biarkan. Amati saja kehadiran mereka. Pada suatu titik semua akan larut dan lelah. Idhêp (pikiran), rasa (perasaan) dan yatna (ingatan) akan mengendap. Tinggal jinêm (kesadaran) yang tersisa. Di saat seperti ini berhati-hati karena jinêm (kesadaran) biasanya akan larut dan kita bablas tertidur karena nikmat dan tenang yang kita rasakan. Pertahankan jinêm (kesadaran). Nikmati ruang hening yang hadir. Nikmati ketenangan dan kedamaian yang ada. Pertahankan beberapa lama. Ketika sudah dirasa cukup, sudahi manêkung. Angkat sembah kepada Sanghyang Yitmajati sembari membaca mantra :

“Hyang-Hyang Taya Yitmajati, waras, sugih, wibawa, rahayu.”

(Yang Luhur-Yang Luhur Maha Suwung Daya Hidup Sejati, sehat, kaya, berwibawa, selamat).

Manêkung selesai. Dengan membiasakan masuk ke ruang hening, maka petunjuk dari Yitma (Ruh) akan mudah kita terima dan akan menjadi pembimbing sejati bagi kita dalam melewati kehidupan. Siapapun Anda. Apapun agama Anda, bisa menjalani manêkung ini.

Aplikasi bawaan kita adalah aplikasi Sadulur Papat Kalima Pancêr. Itu aplikasi dari sononya. Tidak bisa diuninstall. Tinggal kita membersihkan sampah-sampah yang tidak perlu maka aplikasi bawaan kita akan berjalan lancar. Ada aplikasi tambahan berupa aji, wirid, hizib, aurad, autad, asma’, attunement, abisekha dan sebagainya. Ada yang bermanfaat bagi kita, ada juga yang tidak bermanfaat. Ada yang bekerja, ada juga yang tidak bekerja. Ada yang memperlancar aktifitas kehidupan kita, ada yang malah memberikan gangguan. Ada yang cocok bagi satu orang, tidak cocok bagi orang lain.

Manêkung adalah sebuah cara untuk memindai mana aplikasi tambahan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, yang mengganggu dan tidak mengganggu. Yang bermanfaat dibiarkan yang tidak bermanfaat akan dicabut, dibuang, diuninstall. Oleh karenanya jangan terkejut jika ada beberapa orang menjalankan manêkung mengalami hal-hal yang aneh dan ganjil. Ada yang sakit tulang punggungnya, ada yang tubuh bergerak sendiri, ada yang merasakan hantaman, ada yang merasakan seperti dicabut, ada yang memuntahkan sesuatu tapi tidak ada benda yang dimuntahkan kemudian jiwa jadi ringan dan lain sebagainya. Itu wajar. Teruskan manêkung sampai 21 hari. Masa 21 hari adalah masa uninstall aplikasi-aplikasi tidak perlu dalam jiwa Anda. Awas, terlalu banyak aplikasi jiwa Anda bisa hang, seperti laptop atau ponsel yang hang kebanyakan aplikasi. Pilih yang penting dan bermanfaat. Jika Anda hang kebanyakan aplikasi tidak jelas, jalani manêkung.

TANYA JAWAB TENTANG MANEKUNG

1. Cantrik:

   Semisal dalam manekung, sarana dupa gak ada, atau ada tapi terbatas hanya satu ataupun dua, itu bagaimana? Dan bagi yang ada masalah dengan bau-bauan dupa, alergi atau ada masalah dengan bau-bau yang semerbak semisal dupa, kalaulah tak memakai sarana dupa ini bagaimana?

Ki Ajar:

   Dupa dan bunga sekedar sarana saja untuk membantu masuk ke dalam keheningan bathin. Kalau tidak memakai dupa dan bunga tidak masalah. Kalau ada lebih bagus. Kalau dupa tidak ada tiga, satu batang juga boleh. Bagi yang alergi dengan wewangian, bisa pakai kemenyan. Kalau takut mengganggu tetangga dengan bau kemenyan, cari dupa yang tidak berbau. Intinya dupa dan bunga hanya sarana mendorong kita masuk ke keheningan semata. Tidak mutlak harus ada.

2. Cantrik:

   Mohon diajarkan dan diwedar tentang manekung cipta untuk hajat duniawi, Salah satunya harus puasa memakai Dina Telu Urip Patangpuluh (Hari Tiga Urip Empat Puluh) Sebab Urip 40 yang paling dekat adalah hari sabtu nanti?

Ki Ajar:

   Sarwahayu. Untuk Manekung Cipta dan Manekung yang lain khusus diajarkan bagi Cantrik, nggih. Di forum ini yang bersedia menjadi Cantrik baru 300 orang. Selebihnya 400 orang masih belum bersedia. Oleh karenanya pengajaran nanti akan kami berikan lewat siaran zoom khusus bagi Ki Cantrik dan Ni Cantrik (Ni Endhang) yang sudah memiliki kartu anggota.

3. Cantrik:

   Bolehkah sebelum manekung olah pernafasan tenaga dalam dari aliran lain terlebih dahulu agar saat manekung tidak ngantuk atau kondisi lebih segar?

Ki Ajar:

   Boleh. Jika nanti semakin hening, lanjutkan. Jika nanti ada gejala penolakan, jangan dilanjutkan. Anda sendiri yang bisa merasakan mana yg lebih baik.

4. Cantrik:

   Kalau Mel saat manekung itu di bantuan dengan tasbih/rosario dan didaraskan permanik-manik itu boleh tidak Ki?

Ki Ajar:

   Mel pembuka manekung cukup dibaca sekali. Bukan dibuat wirid atau japa. Jadi tidak perlu pakai genitri/tasbih/rosario.

5. Cantrik:

   Sarwahayu Ki Ajar. Jam 01.00 dini hari saya manekung hampir 1 jam. Ada kejadian sangat aneh. Ada suara ledakan keras, tetapi suara ledakkan itu ada di hati saya, bukan dari luar. Apakah ini normal nggih?

Ki Ajar:

   Normal, lanjutkan. Aman dan tidak akan terjadi hal-hal buruk.

6. Cantrik:

   Izin bertanya, manekung apakah wajib menghadap ke timur? Untuk menghidari fitnah di keluarga dan masyarakat, Bisakah manekung di laksanakan dengan menghadap kiblat (arah barat)?

Ki Ajar:

   Boleh. Tapi nanti jika memungkinkan bisa menghadap ke wetan (timur).

7. Cantrik:

   Kemarin manekung pagi hari kira-kira jam 09.00. Dan yang terasa awal dada sampai leher berasa sakit dan akhirnya batuk seperti memuntahkan yang sakit, setelahnya, berasa anteng dan susah di diskripsikan.

Ki Ajar:

   Ada aplikasi tambahan yang berhasil diuninstall. Aplikasi bawaan kita adalah Sadulur Papat Kalima Pancer. Aplikasi tambahan ada berupa Aji, Hizib, Wirid, Asma’, Attunement tertentu, dsb. Aplikasi bawaan selalu bermanfaat. Aplikasi tambahan kadang bermanfaat bagi satu orang kadang tidak bermanfaat bagi orang lain. Kadang lancar bagi satu orang kadang malah memberikan gangguan. Dengan menjalani manekung ibarat ada screening mana aplikasi tambahan yang mengganggu dan tidak bermanfaat. Secara otomatis akan diuninstall. Apa yang terjadi pada penanya adalah proses uninstall. Jadi bisa diteruskan untuk screening aplikasi lain yang unfaedah.

8. Cantrik:

   Bagaimana cara membedakan halusinasi, godaan dari kuasa gelap dan dari Tuhan terhadap informasi-informasi seperti Vision, Suara Batin, bisikan-bisikan pada saat Manekung berlangsung?

Ki Ajar:

   Kuasa gelap tidak bisa menembus kedalaman hati kita. Wilayah hati adalah ranah kita (Ruh) dan Sanghyang Urip. Kuasa gelap hanya bisa menjangkau di luar hati. Bisikan terdengar di telinga atau gambaran terlihat oleh mata adalah pekerjaan kuasa gelap.

Suara Ruh tidak terdengar di telinga atau tampak di mata, tapi terdengar di kedalaman hati atau tampak di dalam bathin kita, bukan di luar tubuh. Ketika Anda mendengar suara di dalam hati terdalam, itu suara Ilahi. Ketika Anda mendegar suara di telinga Anda, itu kuasa gelap.

Lepaskan dogma tentang kuasa gelap yang bisa berbuat apa saja. Itu bohong. Kalau bisa berbuat apa saja artinya Tuhan tersaingi. Dan Tuhan apa yg bisa disaingi kecuali Tuhan abal-abal? Tuhan sesungguhnya tidak tersaingi oleh apapun. Kuasa gelap tidak punya kuasa besar. Jangan menjadi takut karena ajaran yang tidak benar. Sekali lagi, manekung mengajak kita masuk ke dalam diri, ke pusat hati. Ketika masuk ke pusat hati, maka kuasa gelap tidak mampu berbuat apa-apa.

9. Cantrik:

   Manekung menggunakan nafas dada atau nafas perut?

Ki Ajar:

   Pakai nafas perut.

10. Cantrik:

   Untuk aplikasi manekung apakah diperbolehkan dilakukan lebih dari sekali dalam sehari? Terus misal memakai backsound instrumen musik meditasi itu gimana?

Ki Ajar:

   Cukup sekali sehari. Tidak boleh pakai musik. Manekung tujuannya masuk ke keheningan. Bukan sekedar relaksasi. Relaksasi masuk dalam hipnoterapi. Manekung bukan hipnoterapi.

11. Cantrik:

   Maaf saya mau bertanya? Apabila saya sekarang sedang jalan dan menjalankan Islam kejawen (tasawuf) apakah akan bentrok karena manekung dan itikaf/dzikir ada kesamaan dalam prakteknya? (Untuk hasil saya faham) justru karena saya melakukan lelaku sekarang saya seperti ada yang menarik untuk lebih mengenal dan memahami ajaran leluhur, seperti ada bisikan hati ini yang mengarahkan ke sana.

Ki Ajar:

   Tidak ada bentrok. Malah dengan manekung aplikasi yang tidak bermanfaat atau mengganggu atau merusak akan diuninstall otimatis. Semacam Aji, Hizib, Wirid, Attunement yang tidak berfungsi akan diuninstall.

12. Cantrik:

   Apakah ada kemungkinan Makhluk Gaib itu Menyamar dan Menemui kita mengaku sebagai Sedulur Papat?

Ki Ajar:

   Ketika kita sudah terbiasa manekung maka bathin kita awas. Dengan mudah akan tahu mana makhluk halus menyamar dan Sadulur Papat. Kekuatan manekung berasal dari Ruh manusia, jadi akan sangat peka membedakan mana demit mana Sadulur Papat. Jangan terlalu ketakutan sama Demit. Ruh manusia ini bagian dari Tuhan. Lebih dahsyat jika diberdayakan. Manekung adalah cara memberdayakan Ruh kita. Silakan dibuktikan.

13. Cantrik:

   Ki kalau saat manekung tubuh mau jatuh tangan seperti mau terlepas dari sidakep, tapi pikiran masih liar kesadaran masih penuh. Bagaimana baiknya hentikan atau terus lanjut atau ada teknik tertentu menuju pada kekosongan?

Ki Ajar:

   Dipertahankan agar tetap tegak dan besendekap.

14. Cantrik:

   Adakah efek/efek apa yang didapat jika Manekung dilakukan dihadapan/berhadapan dengan Rajah Kalacakra?

Ki Ajar:

   Tidak ada efek apa-apa. Keduanya memiliki fungsi hampir sama. Mampu meng uninstall aji, wirid, hizib, attunement yang tidak bermanfaat.

15. Cantrik:

   Menawi manekung meniko lampu dalam kondisi mati hanya di terangi lilin, ataukah lilin nyala lampu juga dalam keadaan nyala?

Ki Ajar:

   Bisa kondisi apa saja, mana yang lebih nyaman.

16. Cantrik:

   Hendak meminta tolong supaya dihaturkan kepada Ki Ajar, terkait kejadian ketika melakukan patrap manekung. Ini tadi saya baru saja menjalankan, tidak berapa lama kedua tangan bergetar mobat-mabit sangat keras, sampai saya ngos ngosan dan berkeirngat. Hal ini jujur saja menjadikan semangat dan keyakinan jika ajaran di Patembayan Jawadipa memang nyata ada buktinya.

Ki Ajar:

   Sarwahayu. Seperti banyak dialami oleh para Cantrik lain, itu semua adalah masa adaptasi. Masa adaptasi selama 21 hari. Monggo silakan diteruskan.

17. Cantrik:

   Hari ini hari ke 3 saya manekung, nah di hari ketiga ini pada bagian tulang ekor saya sampai pada tengkuk leher terasa seperti ada sesuatu yang bergerak (Seperti di geremeti semut), tetapi sangat halus sehingga tidak menimbulkan rasa geli. Hingga kemudian terasa semakin halus dan menghilang saat sampai dikepala. Mohon penjelasannya tentang hal tersebut dan bagaimana saya harus menyikapinya?

Ki Ajar:

   Seperti jawaban pada pertanyaan sebelumnya, ini adalah masa adaptasi. Silahkan dilanjutkan. Manekung semacam proses screening kepada aplikasi yang kita pasang di jiwa kita, seperti ajian, hizib, wirid, aurad, autad, attunement dsb. Mana aplikasi yang tidak berfungsi, tidak bermanfaat dan malah mengganggu akan dicabut, akan di-uninstall. Aplikasi bawaan kita adalah Sadulur Papat Kalima Pancer. Selain itu adalah aplikasi tambahan. Manekung akan menyeleksi  mana yang kurang bermanfaat untuk dicabut. Masa 21 hari adalah mana screening tersebut.

18. Cantrik:

   Ki Ajar, apakah ketika menekung menggunakan tehnik pernafasan; Nafas, Tanafas, Anfas dan Nufus?

Ki Ajar:

   Nafas, Tanafas, Anfas dan Nufus itu tekhnik Kejawen (Jawadipa yang bercampur Islam) Itu semua bahasa Arab. Kita pakai istilah Sindhung untuk Nafas. Memang tidak populer, tapi itu kata asli Jawa. Dan kita populerkan.

Sindhung – Bentiyung – Dhadhung – Luyung.

Tarik nafas – nafas penuh – nafas keluar – nafas kosong.

Ini proses alami. Tidak perlu diatur-atur. Cukup diperhatikan dalam Manekung.

19. Cantrik:

   Saya sebenarnya belum paham istilah cantrik terus manekung, mohon dijelaskan?

Ki Ajar:

   WARA-WARA BAGI SEMUA ANGGOTA PATÊMBAYAN JAWADIPA. Sarwa Hayu. Untuk anggota semua disebut Cantrik. Cantrik artinya pelajar yang sudah sah menjadi keluarga Patêmbayan Jawadipa. Jadi ada Ki Cantrik bagi lelaki dan Ni Cantrik bagi perempuan. Ni Cantrik bisa disebut dengan Ni Endhang.

Adapun tingkatan Cantrik ada 7 (Tujuh) :

  1. Manguyu (Yang sudah menemukan hakekat unsur badan fisik, bumi-air angin-api-angkasa atau setidaknya sudah menjalani manêkung selama 1 tahun).
  2. Jêjanggan (Yang sudah menemukan hakekat Idhêp/Pikiran atau setidaknya  sudah menjalani manêkung selama 2 tahun).
  3. Ulugantung (Yang sudah menemukan hakekat Sadulur Papat atau setidaknya sudah menjalani manêkung selama 3 tahun).
  4. Cekel (Yang sudah menemukan hakekat Mar-Marti dan Mayanggaseta atau setidaknya sudah menjalani manêkung selama 4 tahun).
  5. Wasi (Yang sudah menemukan hakekat Rasa Sejati atau setidaknya sudah  menjalani manêkung selama 5 tahun).
  6. Ajar (Yang sudah menemukan hakekat Cahya Sejati atau setidaknya sudah menjalani manêkung selama 6 tahun).
  7. Danghyang. (Yang sudah menemukan hakekat Sanghyang Yitma (Ruh) atau setidaknya sudah menjalani manêkung selama 7 tahun).

Untuk para admin pusat disebut Panyarikan artinya pencatat. Jadi ada Ki Panyarikan dan Ni Panyarikan.

Untuk para pemimpin cabang disebut Têmbaya. Jadi ada Ki Têmbaya dan Ni Têmbaya.

   Cantrik itu pelajar. Semua anggota bahkan saya sendiri juga Cantrik. Kita sama-sama belajar dari kearifan leluhur dan dari semesta. Cuma nanti ada Cantrik tingkat Manguyu, Cantrik tingkat Jejanggan, Cantrik tingkat Ulugantung, Cantrik tingkat Cekel, Cantrik tingkat Wasi, Cantrik tingkat Ajar dan Cantrik tingkah Danghyang. Semuanya adalah Cantrik, pelajar kehidupan.

   Untuk memanggil saya di Patembayan Jawadipa ini adalah Ki Ajar. Ki Ajar adalah orang yang sudah memiliki kapasitas mengajar. Bukan sebutan untuk master, bukan sebutan untuk mahaguru, bukan sebutan untuk guru spiritual sundul langit. Saya tidak minta disebut master apapun, saya tidak mau dipanggil mahaguru. Namun kenyataannya saya punya kapasitas mengajar ajaran Jawa, maka bolehlah dipanggil Ki Ajar, mirip dengan sebutan Ki Ajar Dewantoro. Daripada dipanggil Mbah, Mas Guru, Romo, Abah Yai, Gus, Lebih simpel dipanggil Ki Ajar, berbau Jawa asli. Silahkan dicatat oleh semua Ki Cantrik dan Ni Cantrik.

20. Cantrik:

   Manekung dilakukan berapa lama setiap manekung dan waktu yang pas jam berapa njih? Patrap manekung saged di share ulang mboten njih?

Ki Ajar:

   Sudah sering kami jawab. Lama tergantung njenengan sendiri. Waktu tergantung njenengan sendiri, mana yang nyaman dan tidak ada gangguan.

21. Cantrik:

   Apakah perbedaan manekung dan meditasi? Berdasarkan ajaran Jawadipa.

Ki Ajar:

   Mirip. Bedanya manekung sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sebelum ajaran Syiwa Buddha masuk ke Jawa. Meditasi itu istilah Eropa, istilah Sansekertanya Dhyana.

22. Cantrik:

   Mohon pendapat Ki Ajar tiap hari manekung tdk selalu sama kadang nyaman  kadang susah. Tapi senin kemarin terasa hening trus muncul seperti kembaran saya dgn baju yg sama pd saat itu ada 4 depan dan sebelah kiri jelas di belakang dan kanan saya samar2 setelah itu kaki panas walaupun sdh selesai manekung seperti di baluri hot krim entah ndak tahu artinya? Apakah itu normal?

Apakah manekung posisi tangan harus bersidekap?

Ki Ajar:

   Normal, Pak. Ada proses adaptasi selama 21 hari. Apapun gambaran yang muncul, apapun sensasi yang muncul abaikan. Semua tidak berbahaya. Bisa scroll ke atas untuk pengalaman dna jawaban serupa tentang sensasi manekung. Banyak yang mengalaminya. Manekung harus bersendekap. Ajarannya demikian.

Sendhakep saluku tunggal nutupi babhahan hawa sanga mandeng pucuking  grana.

(Bersendekap menyatukan kaki menutup lobang sembilan memandang pucuk  hidung).

Itu tutorialnya sejak dulu kala.

23. Cantrik:

  1. Apakah dalam manekung jawadipa tidak memerlukan proses inisiasi (baiat) sebagai bentuk pertanggung jawaban guru kepada siswanya. Jika kelak terjadi hal aneh-aneh (bagi yang benar-benar awam)?
  2. Apa tolak ukurnya si cantrik sudah sukses dalam manekung? Bagi kehidupan sehari-hari?

Ki Ajar:

  1. Tidak perlu. Manekung ajaran Jawadipa tergolong tidak rahasia. Bisa dijalankan semua orang. Kalau ada sensasi yang aneh, bisa tanya langsung kepada saya. Oleh karenanya silakan menjadi Cantrik.
  2. Memiliki kedamaian pikiran. Efek lainnya kesehatan, lancar rejeki, dicintai banyak orang dan keselamatan.

24. Cantrik:

   Dulu Saya pernah mengikuti abhiseka untuk mendapatkan aji Kala cakra, Nah yang Saya mau tanyakan, jika manekung bolehkah Saya mulai dengan membaca sastra aji caraka balik?

Ki Ajar:

   Lain aplikasi. Manekung adalah patrap untuk hening. Kalacakra adalah patrap untuk melindungi diri dari malapetaka dan serangan gaib. Sebaiknya tidak dijalankan bersamaan.

25. Cantrik:

   Postur tubuh saat manekung. Tangan bersidekap dan menyatukan kaki, kaitannya dengan menutup howo songo bagaimana? (ada ungkapan sopo sing iso nutup howo songo iku sing iso napak tapake kuntul melayang, kalau tidak salah).

Ini yang kepikiran semalam mas, bersidekap menyatukan kaki menutup lobang sembilan memandang pucuk hidung.

Bersedekap untuk menutup lubang yg diatas badan (1 lubang mulut, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, 2 lubang mata) sedang menyatukan kaki buat menutup lubang dibawah badan (1 lubang kemaluan, 1 lubang pembuangan) — hawa Sanga.

Dalam Patrap Manekung, yang dijelaskan oleh Ki Ajar disebutkan untuk melakukan “nutupi babahan nawa sanga, angracut pancadriya ”yakni“ menutup sembilan lobang tubuh, dan menyatukan lima indera”. Nah dalam Buku Ilmu Jawa Kuno yg ditulis oleh Ki Ajar, kalau gak salah disebutkan bahwa “nawa sanga” (sembilan lubang tubuh) itu berada pada “sad-driya” (enam indera) dan bukan “pancadriya” (lima indera). Mohon pencerahannya?

Ki Ajar:

   Sendhakep saluku/sasuku tunggal nutupi babahan hawa sanga mandeng pucaking grana. (Bersendekap menyatukan kaki menutupi lobang hawa sembilan menatap ujung hidung).

Tangan bersendekap, kaki disatukan dalam sila, menutupi lobang hawa sembilan (dua mata, dua telinga, dua hidung, satu mulut, satu kemaluan dan satu dubur), menatap ujung hidung.

Menutup sembilan lobang artinya tidak memfungsikan untuk sementara sembilan lobang tersebut. Mata tidak dipakai melihat, telinga tidak dipakai mendengar, hidung tidak dipakai mencium, mulut tidak dipakai berbicara, kemaluan tidak dipakai kencing atau merasakan kenikmatan seks, dubur tidak dipakai untuk membuang kotoran. Menatap ujung hidung dilakukan sesudah menurunkan sembah pertama. Kemudian mata memejam sudah tidak menatap ujung hidung kembali.

Ini tatacara manekung turun temurun semenjak purba.

26. Cantrik:

   Kalau semisal malam manekungnya, apakah wajib untuk mandi dulu (misal setelah hubungan badan)?

Ki Ajar:

   Tidak perlu. Cukup mencuci bagian yang habis dipakai berhubungan badan, cuci muka, dan boleh manekung.

27. Cantrik:

   Apakah setelah terbiasa manekung kita bisa tahu wiridan atau semacamnya yang ternyata tidak cocok untuk kita sehingga kita bisa menghentikannya?

Ki Ajar:

   Dengan manekung otomatis aplikasi yang tidak bermanfaat akan diuninstall. Sekali lagi secara otomatis.

28. Cantrik:

   Boleh tahu tidak kenapa proses MANEKUNG-nya harus 21 hari tanpa putus? Apakah ada filosofi/makna tersendiri serta maksud/tujuan tertentu dari proses “21 hari” ini? Terima kasih.

Ki Ajar:

   21 hari adalah proses screning 7 lapisan tubuh manusia. Setiap lapisan membutuhkan screening 3 hari. Jika ditotal maka akan dibutuhkan waktu 21 hari untuk screning 7 lapisan tubuh tersebut.

29. Cantrik:

   Kalau menstruasi masih bisa manekung?

Ki Ajar:

   Boleh. Bebas.

30. Cantrik:

   Sarwa hayu… Manekung hari pertama dihadiri sosok seperti tokoh wayang werkudoro tak lama terus hilang. Muncul lagi lebih besar lagi agak jauh.

Ki Ajar:

   Raden Werkudara lambang Keakuan, lambang Perasaan. Kalau dihubungkan dengan Sadulur Papat adalah lambang Getih, berwarna merah. Jika muncul wujud Raden Werkudara artinya Ruh njenengan memberikan pesan agar lebih bisa mengontrol ego dan emosi njenengan.

31. Cantrik:

   Apakah ada bedanya manekung di rumah di tanah lapang atau di kuburan tempat wingit atau tempat ibadah? Dilihat Secara energi maupun spiritual.

Ki Ajar:

   Beda-beda sensasinya. Jika tempat yang dipakai manekung banyak melepak energi positif, akan sangat membantu masuk ke dalam keheningan dengan cepat. Jika sebaliknya bayak melepak energi negatif, maka sensasi panas, dingin berlebihan, berputar, bergoyang dan banyak sensasi lain akan terjadi. Ini proses pembersihan secara otomatis kepada tempat di mana kita duduk karena laku manekung.

32. Cantrik:

Dari sisi medis, usahanya agar tetap sehat:

  1. Menerapkan prinsip 3M: memakai masker, menjaga jarak dan rajin Mencuci tangan. 
  2. Vaksinasi.
  3. Menjaga imunitas dengan pola hidup sehat.

Namun dari pendekatan spiritual mungkin ada “logika sendiri” yang bisa memagari fisik kita agar tidak tertular? Saya belum paham.

Mohon Ki Ajar, Ki Tembaya Heru, bila topiknya masih relevan, mohon penjelasannya. Bila tidak, bagi saya cukup sementara berpegang pada prinsip medis. Saat ini saya pribadi masih proses adaptasi dengan manekung.

Terus terang saya sangat berterima kasih bisa bergabung dalam Patembayan Jawadipa. Ternyata ilmu Jawa kuno itu sangat luhur dan bisa dinalar, namun untuk ritual bunga dan dupa, saya belum bisa melakoni, berhubung keluarga dan masyarakat sekitar belum siap melihat perubahan ini.

Ki Ajar:

   Manekung bisa digunakan untuk meminimalisir tertular virus Covid-19. Karena efek manekung adalah untuk kesehatan, kekayaan, kewibawaan dan keselamatan. Selain itu pula Rajah Kalacakra juga efektif meminimalisir. Beberapa orang Cantrik yang sempat tertular Covid-19 berangsur sembuh dengan cepat karena saya beri Rajah Kalacakra. Sebagai manusia Jawa, usaha lahir dan bathin itu perlu.

33. Cantrik:

  1. Apa bedanya MANEKUNG dan MANEGES?
  2. Dalam Patrap Manekung, yang dijelaskan oleh Ki Ajar disebutkan untuk melakukan “nutupi babahan nawa sanga, angracut pancadriya ‘yakni’ menutup sembilan lobang tubuh, dan menyatukan lima indera”. Nah, dalam Buku Ilmu Jawa Kuno yg ditulis oleh Ki Ajar, kalau gak salah disebutkan bahwa “nawa sanga” (sembilan lubang tubuh) itu berada pada “sad driya” (enam indera) dan bukan “pancadriya” (lima indera). Mohon pencerahannya.

Ki Ajar:

  1. Manekung masuk ke dalam diri. Maneges artinya mencari jawaban ke dalam diri.
  2. Manekung ajaran Jawadipa. Ilmu Jawa Kuno memuat ajaran Jawabuda (Syiwa Buddha). Jadi sedikit beda dalam pemaknaan. Kita belajar Jawadipa, bukan Jawabuda.

34. Cantrik:

   Sudah 3 hari ini saya kesulitan melakukan manekung. Fisik sulit diajak tenang, begitu juga pikiran tidak mau diam. Seperti ada penolakan diri. Begitu juga sensasi yang mempercepat konsentrasi tidak muncul seperti biasa. Mohon penjelasannya?

Ki Ajar:

   Paksa untuk terus manekung walau susah masuk ke keheningan. Yang penting tiap hari menjalani manekung. Sesekali memang demikian karena ada unsur unsur negatif kita yang menyesak keluar. Biarkan. Semua normal.

35. Cantrik:

   Saya ini awam, saya pernah baca-baca kalau kita meditasi/manekung, wiridan, akan ada makhluk yang memperhatikan, biasanya jin akan datang karena tertarik dengan wiridan kita. Dan akhirnya jin mendampingi kita sesuai tujuannya.

Misal kita wiridan rejeki, maka jin/khodam (maaf pinjam istilah Arab) akan membantu kerejekian, apa benar begitu mas?

Ki Ajar:

   Pemahaman sesat. Terlalu ketakutan sama jin dan iblis. Pemahaman yang bikin orang phobia dan lama-lama sakit jiwa. Dan satu lagi, pemahaman yang menempatkan manusia tidak memiliki kekuatan apapun jika tidak dibantu bangsa demit. Bukan pemahaman Jawa.

36. Cantrik:

   Begini pertanyaan saya Ki Ajar. Semalam di dalam manekung, saya melihat langit tepat arah kiblat sholat orang muslim berwarna merah (menyala persis api) itu apa kira-kira ya Ki Ajar?

Ki Ajar:

   Njenengan melihat diri njenengan sendiri. Arah barat melambangkan pikiran. Seharusnya pikiran berwarna kuning. Jika berwarna merah artinya pikiran njenengan tengah dilanda kegundahan perasaan. Teruskan manekung agar bisa memberikan petunjuk supaya kegundahan mencair.

37. Cantrik:

   Ki Ajar, 3 hari manekung ujung tulang ekor sakit, energi negatif yang bagaimana yang akan di uninstall?

Ki Ajar:

   Jika terlalu sakit, hentikan. Besok manekung lagi. Tidak usah khawatir, tidak berbahaya.

38. Cantrik:

   Nuwun agenging pangaksami.

Dhumateng Ki Ajar Patembayan Jawadipa ingkang pantes nampi sadaya katresnan ugi pakurmatan.

Dhumateng Ki Tembaya Pakuan ingkang satuhu tansah kulo tresnani lan hormati.

Ugi mboten katalumpen para kadang baraya agung cantrik Patembayan Jawadipa ingkang tansah kulo tresnani.

Kulo cantrik saking tlatah Jakarta barat, namung bade berbagi kesan kalian pengalaman laku manekung ingkang sampun kalampahan pirang-pirang dinten niki.

Berawal dari kesukaan saya akan sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga pada waktu itu membeli buku Ki Ajar yang berjudul Kisah Nusantara yang disembunyikan (Sabdapalon seri: 1), lalu berlanjut buku-buku lainnya hingga Dharmagandul. Saya semakin menggebu-gebu akan cinta saya pada leluhur, pernah suatu ketika berangan-angan bahwa suatu saat nanti Kangmas Dhamar Shasangka akan membuka pasraman untuk berguru. Karena memang kapasitas beliau yang luar biasa di bidang kasusastraan juga spiritualitas Nusantara.

Dan anehnya saya selalu merasa cocok dengan apa yang beliau sampaikan baik dalam buku, maupun sekedar di status facebook dan instagram. Maka dengan berdirinya Patembayan Jawadipa ini. Tanpa keraguan dan dengan sukarela serta senang hati saya memutuskan untuk menjadi cantrik.

Sebelumnya saya memang terbiasa melakukan meditasi dan lain-lain. Namun ketika menjalani laku manekung saya menemukan sesuatu yang berbeda dari yang pernah saya rasakan sebelumnya. Lebih tepatnya tadi malam. Yakni ketika mulai membaca Mel dengan bersembah, lalu melakukan sedekap, seketika itu pula raga terasa sangat ringan, telinga terasa sangat sunyi bahkan saya sampai merasa berdenging selama beberapa saat, untuk kemudian saya dengar suara jantung saya berdetak, kemudian berganti suara berbisik memutari telinga kanan dan kiri namun saya abaikan. Lalu terdengar gamelan sendu lamat-lamat, kemudian hilang. Untuk sesaat kemudian blank. Saya tidak merasakan apa-apa sama sekali. Lalu kemudian seperti orang tertidur namun saya yakin masih sadar 100% karena saya merasa masih bisa melihat yang anehnya dalam keadaan terpejam. Lalu sekujur tubuh gemetar. Merinding lalu tersadar kembali bahwa saya tengah bersedekap menghadap timur.

Mohon untuk disampaikan kepada Ki Ajar agar dapat diulas dengan gamblang batin saya yang sampai saat ini masih bertanya-tanya perihal keadaan yang saya temui tadi malam.

Mohon maaf kalau terlalu panjang, saya hanya ingin berbagi kesan dan perasaan cinta kasih kepada semuanya serta berbagi pengalaman saja.

Ki Ajar:

   Satuhuhayu. Progresnya sangat bagus, Mas. Sudah benar yang dijalankan. Apa yang dialami adalah fenomena bathin njenengan sendiri. Abaikan dan lanjut manekung sampai masuk ke keheningan. Pertahankan 5-10 menit dalam kondisi hening, lalu sudahi dengan Mel penutup.

39. Cantrik:

   Ki Ajar, Menopo Manekung niku luwih saking sepindah sedinten nopo angsal njih? Kadang-kadang enten hasrat Manekung melih padahal sampun Manekung sedinten niku.

Ki Ajar:

   Sudah sering saya jawab baik online maupun offline. Cukup sekali saja dalam satu hari satu malam.

40. Cantrik:

   Mohon ditanyakan ke Ki Ajar. Dalam manekung semalam, saya mendapat Mel:

“Sun kang Jumeneng Nata Pribadi, binuka-a.

Binuka Ciptaningsun.

Binuka Rahsaningsun.

Binuka Sirringsun.

Binuka Cahyaningsun.

Sir Rahsaningsun.

Sir Cahyaningsun.

Sir Kudratingsun.

Sir Yitma sejati.

Sir Sejatiningsun.

Byar Padhang Urip Sejati.”

Itu penjabarannya bagaimana dan untuk apa?

Ki Ajar:

   Pawisik itu datang dari kedalaman bathin. Namun ketika keluar masih banyak meminjam istilah-istilah Taswuf Islam. Bisa dimaklumi karena file yang tersimpan pada ingatan terbatas file Tasawuf Islam. Silakan dilanjut. Lama-lama pawisik akan semakin jernih tanpa kata-kata.

41. Cantrik:

  1. Jadi ajaran Jawadipa itu saat manekung tertuju kepada sang hyang yitmaji, sang hyang urip, atau juga dituju kepada mahluk dewata?
  2. Jika tertuju kepada Sang hyang urip dengan energi positif, kenapa energi tèrsebut juga disuka dan dinikmati mahluk dewata?
  3. Apa mahluk dewata, mahluk halus positif membutuhkan atau menempel kepada patung-patung arca, padahal mel dan titik tuju manekung di haturkan kepada Tuhan Yang Esa?

Ki Ajar:

  1. Jawadipa tidak menyembah siapapun. Tuhan tidak meminta disembah. Jawadipa hanya melakukan laku manekung.
  2. Setiap energi positif menjadi hidangan bagi makhluk suci. Sebaliknya energi negatif menjadi makanan makhluk tingkat rendah.
  3. Mel kepada Tuhan akan memancarkan vibrasi dan frekwensi positif. Ini mengundang makhluk-makhluk suci. Ada masalah jika makhluk suci mendekat?

42. Cantrik:

Beberapa hari ini saya meditasi melihat fenomena begini :

  1. Saya melihat di kepala saya keluar sinar putih menyala yang lurus ke atas seperti nyala pedang star wars. Awalnya kecil, makin hari makin besar sekepala. Tapi kadang kalau mood hati turun, sinar itu menyempit lagi.
  2. Saya melihat kabut/sinar warna ungu (bentuknya kayak awan Naruto tapi warnanya ungu) dan berputar-putar di atas kepala. Kadang dia ikut berputar di sekitar tangan kalau saya gerakkan.
  3. Kadang saya lihat juga awan sinar warna hijau dan kuning. Tapi dikit. Banyakan warna ungu.
  4. Saya juga melihat di sekitar diri saya kayak ada semacam membran bening yang melingkari tubuh (kayak balon pelindung tapi bening dan berkilat-kilat kayak berminyak)

Itu fenomena apakah? Saya normal kan?

Ki Ajar:

  1. Cahaya putih adalah cahaya Kakang Kawah adalah cahaya kesadaran. Manekung memperkuat kesadaran kita.
  2. Ungu adalah warna cahaya dari Kori Hyang (Pintu Tuhan) yang ada di ubun ubun manusia. Anda berbakat dalam spiritualitas. Kori Hyang milik Anda tipis. Mudah untuk dibuka. Cahaya ungu yg Anda lihat adalah bias cahaya dari Kori Hyang tersebut. Nanti jika terbuka akan berubah warnanya menjadi cahaya terang benderang.
  3. Kuning warna cahaya pikiran Anda, hijau warna cahaya ingatan Anda. Kadang terlihat hijau kadang berubah menjadi wulung kadang menjadi hitam. Anda manusia spiritual, bukan manusia duniawi, sehingga ungu yang kerap terlihat.
  4. Itu membran antibodi gaib Anda yang dipancarkan oleh Mar, Marti dan Mayanggaseta. Ada antibodi fisik, ada Antibodi gaib. Yang Anda lihat adalah Antibodi gaib.

Anda manusia spiritual.

  1.  

Visited 203 times, 1 visit(s) today
Share

Last modified: 18 Februari 2025