Logo Patembayan Jawadipa

Written by 10:09 pm Pedoman Views: 104

BAB XXI-XXII : PUSAKA DAN KHODAM

Ilustrasi (Sumber : Istimewa)

Berbicara pusaka sekali lagi buang segala pemahaman khodam-khodaman Jin, itu bukan pemahaman Jawa Kuno. Kêris bagi manusia Jawa Kuno memiliki fungsi sebagai pembuka kekuatan pikiran bawah sadar manusia pemilik kêris itu sendiri. Jenis besi bahan kêris dan pamor yang tergurat pada bilah kêris adalah kunci untuk membuka kekuatan pikiran bawah sadar manusia. Tidak ada hubungan dengan dhêmit gêndêruwo thetekan ilu-ilu, banaspati, jin, setan brêkasakan, khodam-khodaman. Daya halus yang tercipta dari jenis besi dan pamor kêris disebut Angsar atau Yoni. Daya tersebut yang akan menyelusup kepada otak pemilik dan membuka pintu pikiran bawah sadar mereka sehingga memunculkan kekuatan ajaib sesuai fungsi pamor kêris. Dari mana kekuatan tersebut hadir? Dari bathin manusia sendiri, bukan dari dhêmit. Untuk mempercepat terbukanya pintu pikiran bawah sadar maka dupa atau kemenyan dan bunga sebagai sarana yang paling tokcer. Jadi fungsi dupa dan bunga bukan sebagai makanan persembahan bagi khodam Jin penunggu pusaka. Mereka tidak perlu sesajian semacam itu. Kalau mau mereka bisa datang ke pabrik dupa dan makan sepuasnya di sana dengan menghisap-hisap bau dupa sampai puas. Juga kalau perlu pergi ke toko bunga untuk mencicipi aneka macam bunga sepuas mereka.


Pemahaman bahwa kêris dan senjata yang terbuat dari wêsi aji semacam tombak dll memiliki kekuatan gaib karena keberadaan khodam yang menghuni benda pusaka tersebut sebenarnya merupakan pengaruh pemikiran ajaran Abrahamik (baca : Islam dan Kristen). Dalam khazanah Jawa, sesuai pakem Jawa, sebuah kêris, tombak dan semua senjata yang terbuat dari wêsi aji memiliki fungsi sebagai media untuk membobol kekuatan gaib dari pikiran bawah sadar manusia pemilik pusaka itu sendiri. Fungsinya semacam password khusus, dimunculkan oleh pamor yang tergurat pada bilah kêris atau tombak itu sendiri. Ditunjang juga oleh pemilihan besi khusus sebagai bahan pembuatannya. Dalam pakem Jawa asli tidak ada khodam-khodaman. Khodam sendiri berasal dari bahasa Arab, artinya pendamping. Dan yang dimaksudkan adalah pendamping ghaib, semacam jin atau setan penghuni benda tertentu. Jika Anda meyakini keberadaan khodam-khodam seperti ini di dalam kêris dan tombak, Anda sudah keluar dari pakem Jawa asli. Oleh karenanya ketika suatu saat saya ditanya teman tentang pusaka saya apakah memiliki khodam? Saya jawab : Saya tidak mengenal khodam-khodaman. Kêris dan tombak saya lahir dari kearifan Jawa asli, jadi tidak pas kalau dinilai dari sudut pandang perkhodaman yang notabene merupakan sudut pandang Arab. Kêris atau tombak memiliki khodam, dihuni oleh jin atau syetan? Itu bukan pandangan Jawa.


Sekali lagi apa fungsi bunga dan dupa yang diletakkan di dekat pusaka? Fungsinya sebagai sarana masuk ke pikiran bawah sadar kita sendiri, mempersiapkan diri agar daya pamor bisa merasuk dan membobol kekuatan gaib yang ada pada pikiran bawah sadar kita sendiri, satu kekuatan gaib sesuai yang kita inginkan. Dan Anda tidak akan menyangka, bahwa pikiran bawah sadar kita ini sangat dahsyat karena merupakan percikan dari Sanghyang Urip. Jika Anda ingin mengembalikan pemahaman perpusakaan sesuai cara pandang Jawa, maka buang pemahaman khodam-khodaman. Jawa tidak mengenal khodam.


Untuk merawat pusaka, pilih hari Anggara Kasih atau Sukra Kasih.


Siapkan bunga, bakar tiga batang dupa, taruh didekat pusaka Anda. Baca mel ini :


“Hyang-Hyang Sarining Wêsi, wêsi lumat sih mat, wêsi aji, wêsi pulasani, wêsi kuning têtungguling wêsi aji, ingsun caos dhahar sêga arum sakudhuping mêlathi.” x3


(Yang Luhur Yang Luhur Hakekat Segala Besi, hakekat dari besi lumat, yang mampu menarik segala besi, besi aji, besi pulasani, besi kuning pemimpin besi aji, aku berhatur hidangan nasi harum sekuntum melati.”) x3


Mel ini tertuju kepada Hyang Sarining Wêsi atau Yang Luhur Hakekat dari Besi yang tiada lain Tuhan itu sendiri. Dan yang kita haturkan adalah putihnya bathin kita, yang mewangi bak melati, yang siap untuk menerima vibrasi dari pamor-pamor pusaka kita agar bathin kita bekerja sesuai yang dinginkan. Setelah itu minyaki keris satu persatu.


TANYA JAWAB TENTANG PUSAKA DAN KHODAM


1. Cantrik:
Mohon wedharan tentang bagaimana filosofi ricikan keris versi Jawadipa dan adakah perawatan atau sesaji rutin dan mel khusus versi jawadipa Ki?

Ki Ajar:
Ricikan keris itu banyak. Harua ditulis dalam sebuah buku. Tidak bisa ditulis di chat Telegram seperti ini. Dan lagi akan diberikan hanya kepada Cantrik karena ricikan keris adalah lambang perjalanan manusia menuju kepada Sanghyang Urip. Tidak diberikan kepada selain Cantrik.

2. Cantrik:
Apakah leluhur kita dahulu bisa menjelma/menjadi barang pusaka? Saya pernah melihat cahaya putih terang terbang, apakah seperti itu yang disebut ndaru?

Ki Ajar:
Tidak ada manusia berubah menjadi benda pusaka.

3. Cantrik:
   1. Referensi yang digunakan oleh Ki Damar dalam tulisan ini. Maaf karena saya awam dalam hal ini.
   2. Bagi pengikut agama Abrahamik (Yahudi, Nasrani, dan Islam) tentu perlu waktu untuk bisa memahami hal ini.
   3. Istilah Angsar dan Yoni kalau tidak salah istilah Yoni itu berasal dari konsep Hindu. Pasangan Yoni adalah Lingga. Maka istilah Angsar apakah sama persis dengan Yoni dalam konsep Hindu atau tetap ada perbedaan?
   4. Jenis besi bahan keris dan Pamor yang tergurat dalam keris adalah merupakan kunci pembuka bagi kekuatan bawah sadar manusia.
Dalam terminologi Jawa jenis keris itu ada periodisasi pembuatanya ada zaman Kediri, Majapahit, Mataram dan zaman Kamardikan (sering disebut keris baru). Pertanyaanya:

  • Jenis Pamor yang tergurat dalam keris sangat beragam variasinya jika Saya memiliki keris lebih dari satu bagaimana cara memilih keris yang cocok pamornya untuk difungsikan sebagai kunci atau password untuk masuk kedalam kekuatan bawah sadar kita?
  • Apakah jenis besi bahan keris dan Pamor keris pada zaman Kamardikan juga memiliki peran yang sama dengan Keris-keris zaman kuno? Mengingat teknologi proses pembuatanya yang berbeda.

   5. Penggunaan hari-hari tertentu seperti hari Anggara kasih, Sukra kasih, dan Sukra manis untuk kegiatan-kegiatan ritual tertentu. Apa latar belakang pemikiranya penggunaan hari-hari tersebut menjadi hari pilihan untuk kegiatan ritual?

Ki Ajar:
   1. Referensi saya berasal dari seluruh naskah yang membahas dhuwung, memisahkan mana pemikiran agama-agama import dan mana yang masih original pemahaman Jawa asli. Selain dari data kepustakaan juga berasal dari lelaku manekung.
   2. Kalau mereka mempergunakan karya kearifan Jawa seharusnya juga memakai pemahaman Jawa, bukan pemahaman dari keyakinan mereka sendiri. Tidak adil ketika mereka mempergunakan kearifan Jawa, hasil karya cipta manusia Jawa, namun melihat dari sudut pandang keyakinan impor. Itu namanya nakal dan semaunya. Kalau benda-benda hasil karya cipta keyakinan mereka silakan mempergunakan sudut pandang mereka. Dengan mengembalikan kepada pemahaman yang benar, menghindarkan generasi muda Jawa takut untuk memiliki pusaka warisan leluhur.

   3. Yoni itu istilah Sansekerta artinya adalah Kemaluan Wanita. Istilah ini dipinjam oleh manusia Jawa untuk pusaka dengan pengertian beda, yaitu Kekuatan atau Power. Kalau Angsar itu istilah asli Jawa, maknanya adalah vibrasi kasat mata. Keduanya merujuk pada kekuatan alami, bukan merujuk kepada kehadiran makhluk-makhluk halus semacam khodam. Kalau Yoni dipandang berbau Hindhu, maka kita pergunakan istilah Angsar.

   4.

  • Bukankah setiap pamor memiliki kegunaan berbeda-beda? Ada yang berguna untuk kerejekian, kesehatan, kewibawaan, keselamatan, mengangkat derajat dll? Semuanya berpengaruh kepada sang pemilik, bahkan kepada penghuni rumah di mana pusaka tersebut disimpan.
  • Beda. Pusaka Kamardikan tidak memiliki Angsar sebagaimana pusaka sepuh.

   5. Pada hari-hari tersebut alam terkondisi membuat pikiran kita lebih cepat masuk ke bathin, lebih cepat mendorong kesadaran masuk ke bawah sadar. Ini kondisi yang bagus untuk memprogram pikiran bawah sadar atau bathin itu sendiri. Leluhur kita paham akan hal tersebut.

4. Cantrik:

  1. Dapur dan pamor apakah yang cocok untuk membobol alam pikiran alam bawah sadar?
  2. Dan bagaimana tata caranya membobol pikiran bawah sadar pakai pusaka?
  3. Apakah semua pusaka sepuh bisa?

Ki Ajar:

  1. Semua dhapur dan pamor yang diciptakan para mpu Jawa masa lalu fungsinya memang untuk membobol pikiran bawah sadar. Pusaka sepuh sudah pasti berfungsi.
  2. Anda cukup memiliki pusaka sepuh dan ditaruh di rumah, sudah berfungsi untuk membobol pikiran bawah sadar Anda. Tidak perlu repot cara apapun. Untuk merawat angsar agar tetap stabil, jaga besi pusaka agar tidak berkarat sehingga menutupi pamor dan merusak dhapur. Selama pamor dan dhapur terawat bagus, angsar akan terus memancar. Merawat pusaka setiap Anggara Kasih atau Sukra Kasih seperti sudah saya berikan tata caranya.
  3. Semua pusaka sepuh berfungsi. Baik bagi pemilik dan seluruh penghuni rumah di mana pusaka tersebut tersimpan.

5. Cantrik:
Pamor singkir dan pamor gubet itu filosofinya bagaimana?

Ki Ajar:
Pamor singkir berkhasiat menolak malapetaka. Pamor gubet berkhasiat mendorong kesuksesan, tapi tidak semua orang cocok.

6. Cantrik:
Mau tanya tentang pusaka alami seperti bambu kurung bambu petuk galih kelor kayu stigi dll. Yang selama ini di masyarakat diyakini memiliki tuah. Bagaimana menurut Jawadipa tentang hal itu?

Ki Ajar:
Bahan-bahan alam memiliki angsar alami. Fungsinya seperti keris. Bedanya keris buatan Mpu. Benda-benda tersebut asli dari alam.

7. Cantrik:
Izin bertanya kepada Ki Ajar, dalam ajaran jawadipa (untuk tosan aji) bagaimanakah cara mengetahui pusaka yang akan kita mahari atau sudah kita mahari cocok untuk kita? Bagaimana cara “menayuh” pusaka yang sesuai dengan ajaran jawadipa?

Ki Ajar:
Secara lahiriyah bagi yang belum peka bathinnya ada hitungan khusus : Ksiti, Sangkali, Hamangan Hati, Dhandhang Tunggu Nyawa, Randha tunggu donya. Hitung bilah keris dengan jempol tangan Anda. Jatuhnya pada hitungan apa. Yang baik jatuh pada Ksiti dan Randha Tunggu Donya. Dan menghitung jangan diulang. Cukup sekali. Kalau sudah peka bathin Anda tidak usah pakai hitung hitungan. Cukup di pegang bilahnya sudah tahu cocok apa tidak dengan diri kita. Sering manekung membuat bathin Anda peka. Tidak perlu ditayuh. Apalagi ditaruh bawah bantal. Bisa-bisa pipi Anda robek kena keris.

Visited 104 times, 1 visit(s) today
Share

Last modified: 25 Februari 2025