Logo Patembayan Jawadipa

Written by 11:41 pm Wedharan Views: 199

Kadewaguruan

Kadewaguruan

Dok. Progress PJD.

Pada masa Jawa Kuno, dimana strata sosial pada waktu itu dibagi menjadi empat level, yaitu Brahmana, Ksatria, Wesya dan Sudra, pendidikan berbasis spiritual itu penting. Saya katakan berbasis spiritual karena keilmuan yang dipelajari sangat luas, mencakup pengetahuan dasar yaitu baca tulis rontal, bahasa, budi pekerti, berhitung, pengetahuan alam, pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan kesehatan, pencak silat, pengetahuan niaga, pengetahuan ketata negaraan, pengetahuan ketuhanan, dan yang terpenting adalah dasar2 spiritualitas. Semuanya diajarkan dan berbasis spiritual. Artinya muaranya adalah spiritualitas. Berdasar rujukan rontal2 kuno.

Pusat-pusat pendidikan seperti ini dikenal sebagai Kadewaguruan atau Mandhala. Dipimpin oleh seorang Dewaguru. Dan seorang Dewaguru harus sudah mencapai tingkatan Danghyang atau setidaknya Ajar.

Para murid disebut Cantrik. Murid wanita kadang disebut Endhang. Dan ada tujuh jenjang Cantrik :

  1. Manguyu
  2. Jejanggan
  3. Ulugangung
  4. Wasi
  5. Cekel
  6. Ajar
  7. Danghyang.

Selain sebutan diatas, dikenal juga sebutan tambahan.

  1. Puthut : Asisten Ajar atau Danghyang.
  2. Sontrang : Cantrik wanita yang momong putra-putri Ajar atau Danghyang. Makanya ada Kidung : Sontrang/Sontreng Panglela Lare Nangis. Kadang nyambi menyapu kediaman Ajar atau Danghyang.
  3. Indhung-Indhung : Cantrik yang bertugas memimpin membuka lahan baru atau memperindah padhepokan.
  4. Mentrik : Cantrik wanita yang bertugas menyiapkan busana, menghidangkan makanan bagi Ajar atau Danghyang.
  5. Endhang : Sebutan untuk Cantrik Wanita, atau istri Ajar/Dhangnyang.

Sistem pendidikan ini menerima murid dari kalangan Brahmana, Ksatria, Wesya dan sedikit Sudra. Sejak usia 6 tahun, murid dikirim oleh orang tuanya untuk dididik. Digembleng lahir bathin. Fisik, Mental dan Spiritual. Fisik digembleng bela diri, Mental digembleng berbagai pengetahuan, Spiritual digembleng dengan berbagai lelaku bathin. Kadewaguruan marak berdiri di lereng2 gunung. Tempat yang tepat untuk aktifitas belajar dan mengajar.

Sistem seperti ini pudar seiring masuknya agama Islam. Namun tidak serta merta dihilangkan. Malah diadopsi menjadi sistem Pesantren.

Jadi kalau ada yang menyatakan pendidikan berbasis spiritual itu tidak ada, artinya ini orang pinter tapi kurang wawasan. Pengetahuan tentang Jawa sedikit tapi sudah berteriak lantang. Belajar lagi.

Patembayan mengimpikan pendidikan berbasis spiritual seperti ini bisa dihidupkan kembali. Namun jika banyak yang menghalangi, ya sudah, biar hilang sekalian. Kami tidak rugi. Generasi Jawa yang rugi karena kehilangan mutiara luar biasa dari era Jawa Kuno.

Kadang memang, hal yang baik kalah oleh ego orang bodoh. Yo disawang wae.

Ki Ajar Jawadipa.
10 Juni 2024

Visited 199 times, 1 visit(s) today
Share