Dok. Progress PJD.
Di bawah ini adalah kumpulan perlambang Ilmu Kesempurnaan, yang sering kali diungkapkan masyarakat Jawa, beserta penjelasannya:
- Gigiring punglu: punggung mimis. Mimis atau punglu adalah pelor kuno berbentuk bulat. Bagaimana bisa sebuah benda bulat memiliki punggung? Ini adalah perlambang keajaiban Dzat. Yang tidak dapat ditunjuk keberadaan-Nya, tidak dapat ditunjuk di mana persemayaman-Nya, sesungguhnya yang bisa kita ketahui hanyalah yang telah menyatu pada hidup kita ini.
- Wêkasaning langit: batas langit. Di manakah batas langit? Di sanalah Dzat Tuhan berada.
- Galihing kangkung: hati atau inti batang kangkung. Batang kangkung selalu berlubang, lantas di mana intinya? Di sanalah Dzat Tuhan bersemayam.
- Gêni sakonang angasatake: api seukuran kunang-kunang bisa mengeringkan. Adalah perlambang keinginan manusia. Keinginan itu diibaratkan percikan api kecil di dalam hati, namun jika dituruti akan mampu mengeringkan seluruh dunia.
- Manuk mibêr angukuli langit: burung terbang mengatasi langit. Adalah perlambang keinginan manusia. Keinginan itu diibaratkan burung terbang yang tidak memiliki keinginan untuk berhenti. Terus dan terus terbang setinggi-tingginya tidak mengenal batasan.
- Prau amot samudra: perahu memuat samudra. Adalah perlambang badan manusia. Badan manusia dipenuhi segala macam rahasia alam semesta. Oleh karenanya badan manusia disebut Ngalam Sahir atau Alam Kecil. Apa saja yang ada di dalam Ngalam Kabir atau Alam Besar ada di dalam badan manusia.
- Angin katarik ing prau: angin terseret perahu. Adalah lambang napas manusia.
- Susuhing angin: sarang angin. Angin adalah lambang pikiran manusia. Sarang angin adalah ketika badan halus atau Suksma atau Roh Ilapi manusia telah lebur ke dalam Dzat. Dalam kondisi lebur semacam itu, pikiran manusia akan mendapat tempat kediamannya dan tidak lagi berulah sebagaimana angin yang tidak dapat diam.
- Bumi kapêtak sajroning lêmah: bumi ditanam di dalam tanah. Adalah lambang badan manusia yang berasal dari sari-sari tanah, yang telah terikat erat oleh Napsu Luwamah yang berasal dari sari-sari bumi yang lebih halus.
- Amek gêni adêdamar: mencari api membawa pelita. Adalah lambang seorang anak manusia yang bersusah-payah mencari Ilmu Kesempurnaan padahal sesungguhnya diri sejatinya merupakan sumber ilmu.
- Gêni binasmi ing gêni: api dibakar api. Adalah lambang badan manusia—yang tercipta dari sari-sari api—yang telah terbakar oleh Napsu Amarah yang tercipta dari sari-sari api yang lebih halus.
- Barat katiyub ing angin: angin tertiup angin. Adalah lambang badan manusia—yang tercipta dari sari-sari angin—telah mengikuti Napsu Supiyah yang tercipta dari sari-sari angin yang lebih halus.
- Ngangsu banyu apikulan warih: mengambil air memikul air. Adalah lambang manusia yang bersusah payah mencari Ilmu Kesempurnaan namun di dalam dirinya yang sejati adalah sumber dari ilmu itu sendiri.
- Srêngenge pinepe: menjemur matahari. Adalah lambang dari hidup manusia yang disinari oleh Sang Hidup. Hidup itu tunggal. Sehingga hidup manusia dan Sang Hidup tidaklah beda.
- Wiji ana sajroning uwit, uwit ana sajroning wiji: benih ada di dalam pohon, pohon ada di dalam benih. Adalah lambang dari kawula (hamba) dan Gusti (Tuhan). Tak terpisahkan.
- Kakanganing pambarêp, adhining wuragil: kakak dari yang tertua, adik dari yang termuda. Adalah Hidup. Berawal dari Hidup dan berakhir menuju Hidup.
- Tugu manik ing samudra: tugu mutiara di tengah samudra. Adalah lambang dari Hidup yang menjadi inti semesta.
- Samudra winotan kilat: samudra bertitian kilat. Adalah lambang dari jalan kebenaran yang hanya tampak sesekali di tengah semesta, bagai kilat di tengah samudra raya.
Di Patembayan semua lengkap. Baik keilmuan Jawadipa (Jawa Asli), Syiwa Buddha (Jawa Buda) dan Kejawen (Jawa Islam). Dijabarkan gamblang tanpa tedheng aling-aling. Seperti apa yang pernah dilakukan oleh Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar. Jika sudah lengkap tapi masih cari yang lain yang mbulet ruwet, ya itu memang pilihan Anda.
Visited 195 times, 1 visit(s) today
Terkait
Hindu Buddha Ilmu Kasempurnaan Jawa Jawa Kuno Jawabuda Jawadipa Kapitayan Kasepuhan Kejawen Ki Ageng Pengging Patembayan Jawadipa Spiritual Jawa Kuno Syekh Siti Jenar
Last modified: 28 Agustus 2024